Kajian Fathul Mu'in - Penjelasan Basmalah, Hamdalah, Sholawat.
Bismillahirrohmanirrohim.
Bismillahirrohmanirrohim.
"Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Aku mulai mengarang. Kata al ismu berasal dari kata as sumuwwu, yang artinya di atas, bukan dari kata al wasmu yang artinya tanda."
Bismillah yang kedua ini adalah bismillah yang ada di matan, yaitu bismillah yang ada di kitab Qorrotul 'ain Bimuhimmatiddin. Sedangkan Bismillah pada postingan sebelumnya adalah bismillahnya kitab Fathul Mu'in. Di sini, kata al ismu berasal dari kata as sumuwwu yang berarti di atas, sehingga lafadz bismillah sebenarnya lebih tepat diartikan "dengan keluhuran Alloh", daripada "dengan nama Alloh".
"Dan Alloh adalah suatu nama bagi dzat yang wajib adanya. Asal katanya adalah Ilah, yaitu nama jenis bagi sesuatu yang disembah (Tuhan), kemudian dita'rif dengan al (alif lam, sehingga menjadi al ilah), dan dibuang hamzahnya (yang kedua). Kemudian digunakan lafadz tersebut bagi sesuatu yang disembah secara haq. Alloh adalah ismul a'dhom berdasarkan pendapat yang lebih banyak. Tidak boleh memberi nama dengan Alloh kepada selain Alloh, meskipun karena kefanatikan/saking cintanya.
Arrohman dan arrohim adalah dua sifat yang dua-duanya dimabnikan untuk mubalaghoh (arti sangat) dari kata rohima. Kata arrohman lebih sangat dari kata arrohim, karena tambahnya huruf menunjukkan atas tambahnya makna. Dan berdasarkan perkataan para Ulama, rohmanud dunya wal akhiroh warohiimul akhiroh.
Segala puji bagi Alloh yang telah memberikan hidayah kepada kita, telah memberikan petunjuk kita kepada karangan ini. Dan tidaklah kita akan mendapatkan hidayah, seandainya Alloh tidak memberikan kita hidayah kepadanya.
Lafadz alhamdu adalah sifat/pujian untuk sesuatu yang baik (karena ada usaha).
Ashsholatu yang dari Alloh adalah arrohmah (rahmat Alloh) yang dibarengi dengan pengagungan. Dan assalam yaitu keselamatan dari penyakit/bala bencana dan kesulitan, kepada junjungan kita Muhammad SAW, utusan Alloh kepada semau atstsaqolain, yaitu jin dan manusia menurut ijma', dan juga kepada malaikat menurut seperti yang dikatakan sebagian ulama."
PENJELASAN MUQODDIMAH FATHUL MU'IN
Asal usul kata Alloh sendiri ada perbedaan pendapat di sini. Ada yang berpendapat kata Alloh tidak ada asal usulnya (murtajal), dan ada yang berpendapat ada asal usulnya (musytaq). Pendapat yang mu'tamad adalah pendapat yang mengatakan bahwa kata Alloh ada asal usulnya, yaitu berasal dari kata ilah, yang kemudian dita'rif dengan huruf alif dan lam sehingga menjadi al ilah. Selanjutnya, hamzah yang kedua dibuang dan dibaca tafkhim sehingga menjadi Alloh.
Lafadz Alloh adalah ismul a'dhom. Barang siapa berdoa denga ismul a'dhom maka doanya akan dikabulkan. Sesuai dengan hadis nabi SAW:
Dari shahabat Abu Tholhah ra, beliau berkata: Rasulullah SAW mendatangi seorang laki-laki, yang ketika itu sedang berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada Mu bahwa hanya bagiMu segala pujian, tidak ada tuhan selain Engkau, Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemberi karunia, Pencipta langit dan bumi, Yang memiliki Keagungan dan kemuliaan”
Lantas Rasulullah SAW berkata: “Sungguh dia telah memohon kepada Allah dengan isim a’dhom yang jika dipakai berdoa dengannya niscaya akan dikabulkan dan jika dipakai untuk memohon dengannya niscaya akan diberi.
Sedangkan Imam Nawawi berpendapat bahwa ismul a'dhom bukan lafadz Alloh, tetapi al hayyul qoyyum.
Terkadang orang sudah berdoa menggunakan ismul a'dhom tapi tidak dikabulkan doanya, lantas apa permasalahannya. Di sini perlu diketahui bahwa doa ada syaratnya agar diterima. Syarat utama berdoa agar diterima adalah memperbaiki batin dengan makanan yang halal. Artinya jangan memakan makanan yang haram, karena makanan haram membuat doa sulit terkabul. Addu'a miftahussama. wa asnanuhu lukmatul halal. Doa adalah kuncinya langit, sedangkan gigi-gigi kunci tersebut adalah makanan yang halal. Syarat selanjutnya adalah harus ikhlas, hadir hatinya. Jadi di dalam berdoa harus ikhlas dan hatinya hadir.
Tidak ada seorang pun yang boleh diberi nama Alloh, selain Alloh itu sendiri. Pernah ada seorang anak yang diberi nama Alloh oleh ibunya, lalu pada saat itu petir menyambar anak yang diberi nama Alloh tersebut. Lalu timbul pertanyaan, kenapa yang disambar petir anak tersebut, bukan ibunya, padahal yang memberi nama adalah ibunya, sedangkan anaknya tidak tahu apa-apa. Maka ulama menjawab, seandainya yang disambar petir ibunya, maka si anak masih tetap hidup dan masih bernama Alloh sehingga masih ada nama Alloh selain Alloh itu sendiri. Jika si anak yang disambar petir maka tidak ada lagi nama Alloh selain Alloh itu sendiri.
Arrohman dan Arrohim dua-duanya dibentuk dari kata rohima. Arrohman lebih sangat daripada arrohim, yang pertama karena jumlah huruf dalam arrohman lebih banyak daripada jumlah huruf dalam arrohim. Jumlah huruf dalam arrohman ada 7 (alif, lam, ro, kha, mim, alif, nun, perlu diingat dalam arrohman mimnya panjang/mad) sedangkan jumlah huruf dalam arrohim ada 6 (alif, lam, ro, kha, ya, mim). Yang kedua arrohman lebih sangat daripada arrohim karena ada perkataan ulama rohmanud dunya wal akhiroh warohimul akhiroh. Sifat arrohman merupakan sifat kasih sayang Alloh baik dunia maupun akhirat (baik orang kafir maupun muslim) sedangkan arrohim merupakan sifat kasih sayang Alloh hanya di akhirat saja (hanya kepada umat muslim).
Atstsaqolain berasal dari kata tsaqula yang artinya berat. Artinya yang memberati bumi, yaitu manusia dan jin. Ada juga yang berpendapat maksudnya adalah yang berat dosanya yaitu manusia dan jin. Dan juga ada pendapat lain yaitu yang berat amalnya, manusia dan jin.
Selanjutnya, di dalam kitab-kitab fikih, jika ada kata-kata wakadza, maka di situ menunjukkan adanya perbedaan pendapat di kalangan ulama. Imam Romli mengatakan rasul juga diutus kepada malaikat, akan tetapi bukan irsal taklif, melainkan irsal tasyrif, diutus untuk memuliakan malaikat, karena malaikat juga ingin agar rosul diutus untuk mereka dalam rangka memuliakan.
Wallohu a'lam bishshowab.
Asal usul kata Alloh sendiri ada perbedaan pendapat di sini. Ada yang berpendapat kata Alloh tidak ada asal usulnya (murtajal), dan ada yang berpendapat ada asal usulnya (musytaq). Pendapat yang mu'tamad adalah pendapat yang mengatakan bahwa kata Alloh ada asal usulnya, yaitu berasal dari kata ilah, yang kemudian dita'rif dengan huruf alif dan lam sehingga menjadi al ilah. Selanjutnya, hamzah yang kedua dibuang dan dibaca tafkhim sehingga menjadi Alloh.
Lafadz Alloh adalah ismul a'dhom. Barang siapa berdoa denga ismul a'dhom maka doanya akan dikabulkan. Sesuai dengan hadis nabi SAW:
Dari shahabat Abu Tholhah ra, beliau berkata: Rasulullah SAW mendatangi seorang laki-laki, yang ketika itu sedang berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada Mu bahwa hanya bagiMu segala pujian, tidak ada tuhan selain Engkau, Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemberi karunia, Pencipta langit dan bumi, Yang memiliki Keagungan dan kemuliaan”
Lantas Rasulullah SAW berkata: “Sungguh dia telah memohon kepada Allah dengan isim a’dhom yang jika dipakai berdoa dengannya niscaya akan dikabulkan dan jika dipakai untuk memohon dengannya niscaya akan diberi.
Sedangkan Imam Nawawi berpendapat bahwa ismul a'dhom bukan lafadz Alloh, tetapi al hayyul qoyyum.
Terkadang orang sudah berdoa menggunakan ismul a'dhom tapi tidak dikabulkan doanya, lantas apa permasalahannya. Di sini perlu diketahui bahwa doa ada syaratnya agar diterima. Syarat utama berdoa agar diterima adalah memperbaiki batin dengan makanan yang halal. Artinya jangan memakan makanan yang haram, karena makanan haram membuat doa sulit terkabul. Addu'a miftahussama. wa asnanuhu lukmatul halal. Doa adalah kuncinya langit, sedangkan gigi-gigi kunci tersebut adalah makanan yang halal. Syarat selanjutnya adalah harus ikhlas, hadir hatinya. Jadi di dalam berdoa harus ikhlas dan hatinya hadir.
Tidak ada seorang pun yang boleh diberi nama Alloh, selain Alloh itu sendiri. Pernah ada seorang anak yang diberi nama Alloh oleh ibunya, lalu pada saat itu petir menyambar anak yang diberi nama Alloh tersebut. Lalu timbul pertanyaan, kenapa yang disambar petir anak tersebut, bukan ibunya, padahal yang memberi nama adalah ibunya, sedangkan anaknya tidak tahu apa-apa. Maka ulama menjawab, seandainya yang disambar petir ibunya, maka si anak masih tetap hidup dan masih bernama Alloh sehingga masih ada nama Alloh selain Alloh itu sendiri. Jika si anak yang disambar petir maka tidak ada lagi nama Alloh selain Alloh itu sendiri.
Arrohman dan Arrohim dua-duanya dibentuk dari kata rohima. Arrohman lebih sangat daripada arrohim, yang pertama karena jumlah huruf dalam arrohman lebih banyak daripada jumlah huruf dalam arrohim. Jumlah huruf dalam arrohman ada 7 (alif, lam, ro, kha, mim, alif, nun, perlu diingat dalam arrohman mimnya panjang/mad) sedangkan jumlah huruf dalam arrohim ada 6 (alif, lam, ro, kha, ya, mim). Yang kedua arrohman lebih sangat daripada arrohim karena ada perkataan ulama rohmanud dunya wal akhiroh warohimul akhiroh. Sifat arrohman merupakan sifat kasih sayang Alloh baik dunia maupun akhirat (baik orang kafir maupun muslim) sedangkan arrohim merupakan sifat kasih sayang Alloh hanya di akhirat saja (hanya kepada umat muslim).
Atstsaqolain berasal dari kata tsaqula yang artinya berat. Artinya yang memberati bumi, yaitu manusia dan jin. Ada juga yang berpendapat maksudnya adalah yang berat dosanya yaitu manusia dan jin. Dan juga ada pendapat lain yaitu yang berat amalnya, manusia dan jin.
Selanjutnya, di dalam kitab-kitab fikih, jika ada kata-kata wakadza, maka di situ menunjukkan adanya perbedaan pendapat di kalangan ulama. Imam Romli mengatakan rasul juga diutus kepada malaikat, akan tetapi bukan irsal taklif, melainkan irsal tasyrif, diutus untuk memuliakan malaikat, karena malaikat juga ingin agar rosul diutus untuk mereka dalam rangka memuliakan.
Wallohu a'lam bishshowab.
Be the first to reply!
Post a Comment